Masjid Al-Barkah

Shaidul Khathir

Mukadimah serta Kelalaian dan Mawas Diri – Kitab Shaidul Khathir (Ustadz Badrusalam, Lc.)

By  |  pukul 7:10 am

Terakhir diperbaharui: Selasa, 10 Oktober 2017 pukul 8:06 am

Tautan: http://rodja.id/1g8

Ceramah Agama Islam oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.

Kajian kitab ini disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam pada Senin pagi, 12 Muharram 1439 H/ 02 Oktober 2017, pukul 05:30-07:05 WIB di Radio Rodja dan Rodja TV. Pada kajian kali ini beliau menjelaskan tentang fikiran-fikiran yang melintas dibenak Ibnul Jauzi yang lahir pada 509 atau 510 H. Poin yang dibahas adalah “Mukadimah, Kelalaian dan Mawas Diri serta Pendorong-Pendorong kepada Dunia” dari kitab Shaidul Khathir.

Ringkasan Kajian Kitab Shaidul Khathir: Mukadimah, Kelalaian dan Mawas Diri serta Pendorong-Pendorong kepada Dunia

Terkadang, terlintas dalam fikiran kita sebuah ilmu. Ibnul Jauzy menyebutkan: “Sesuatu yang melintas dalam fikiran, terkadang dia membuka sesuatu. Tapi terkadang dia pergi begitu saja”. Maka yang terbaik adalah menjaga fikiran-fikiran yang melintas itu supaya tidak terlupakan.

Maka lintasan-lintasan fikiran ini sebaiknya tidak kita sia-siakan. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist.

 قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ

“Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya” diriwayatkan oleh Ad-Darimi, no. 497.

Demikianlah seharusnya yang kita lakukan. Berusaha mencatat semua faidah-faidah yang bermanfaat untuk kita.

Baca Juga:
Wanita, Ilmu, dan Rumah Tangga (Ustadz Abu Haidar As-Sundawy)

Berikut fikiran-fikiran yang terlintas di fikiran Ibnul Jauzy yang beliau catat dan terkumpul menjadi sebuah kitab yang sedang kita bahas ini.

 

1. Kelalaian dan Mawas Diri

Terkadang ketika kita mendengarkan nasihat, mendengarkan ceramah, hati kita terasa lembut bahkan menangis. Tapi setelah kita selesain mendengarkan ceramah, terkadang hati kita kembali menjadi keras.

Kenapa hal itu bisa terjadi?
Keadaan yang umum, hati itu tidak tetap dalam satu sifat ketika mendengarkan nasihat, ceramah atau yang lainnya. Hal ini dikarenakan oleh dua sebab:

Pertama, bahwa nasihat itu seperti cambuk. Sedangkan cambuk itu tidak menyakiti setelah selesai cambukan.

Kedua,ketika kita mendengarkan ceramah, kajian, disaat itu seringkali fikiran kita fokus dan kosong dari memikirkan dari sebab-sebab dunia. Diapun diam mendengarkan dan hatinya hadir. Tapi kalau sudah selesai dan kembali pada kesibukan-kesibukan dunia lagi, akhirnya diapun kembali terjerat dengan penyakit yang bersarang dalam aktivitas dunianya. Maka bagaimana mungkin kondisi hatinya tetap seperti ketika mendengarkan kajian?

Kondisi ini berlaku umum bagi semua orang. Hanya saja orang-orang yang punya mawas diri berbeda-beda dalam hal sejauh mana pengaruh tersebut terus tetap membekas dalam dirinya.

Lalu apa tips-tipsnya agar ketenangan saat mendengarkan nasihat atau kajian tetap kita rasakan meskipun kita telah kembali disibukan dengan urusan dunia?

Download dan simak mp3 kajiannya di bawah ini.

Baca Juga:
Bab Agama adalah Nasihat dan Bab Keutamaan Ilmu - Hadits 57-58 - Kitab Shahih Bukhari (Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.)

 

2. Pendorong-Pendorong Kepada Dunia

Sudah menjadi tabiat manusia mencintai dunia. Dan itu ada di dalam hati kita sebagai manusia. Kita cinta harta, cinta syahwat, cinta anak-anak, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّـهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ ﴿١٤﴾

 

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).(QS. Ali Imran: 14)

Sementara mengingat akhirat diluar tabiat manusia, dan barangkali orang yang tidak mengetahui pendukung-pendukung akhirat itu, akhirat itu lebih kuat.
Manusia terdiri dari akal dan syahwat. Namun kebanyakan manusia condong kepada syahwatnya. Cinta kepada syahwat ini seperti air yang mengalir, dan dia akan teus mengalir mencari tempat yang rendah. Untuk membawa air itu menuju keatas butuh kekuatan. Maka dari itu kekuatan menarik air keatas diperlukan kekuatan aqidah dan keyakinan yang luar biasa kepada kehidupan akhirat.

Sehingga disaat aqidah dan keyakinan akan kehidupan akhirat ini meningkat, maka pasukan akal yang selalu berfikir untuk kebenaran akan menjadi kuat.

Baca Juga:
Orang Berakal Selalu Memeriksa Niat

Semoga kita termasuk hamba yang ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dikuatkan aqidah, ilmu dan akal sehingga kita bisa melawan keinginan syahwat yang dapat membawa kita menuju kehancuran.

Simak dan Download Kajian Kitab Shaidul Khathir: Mukadimah, Kelalaian dan Mawas Diri serta Pendorong-Pendorong kepada Dunia


Jangan lupa untuk turut membagikan link download kajian ini ke akun media sosial yang Anda miliki, baik Facebook, Twitter, Google+, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi yang lain. Barakallahufiikum

1 Comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.