Masjid Al-Barkah

Hadits Arbain Nawawi

Hadits Arbain Ke 23 – Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar dan Al-Qur’an

By  |  pukul 5:42 am

Terakhir diperbaharui: Kamis, 15 Oktober 2020 pukul 12:44 pm

Tautan: https://rodja.id/2to

Hadits Arbain Ke 23 – Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar dan Al-Qur’an merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah (الأربعون النووية) atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 25 Shafar 1442 H / 13 Oktober 2020 M.

Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi

Status program kajian Hadits Arbain Nawawi: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 16:30 - 18:00 WIB.

Download juga kajian sebelumnya: Hadits Arbain Ke 22 – Cara Agar Masuk Surga

Kajian Hadits Arbain Ke 23 – Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar dan Al-Qur’an

Hadits nomor 23, yaitu hadits Abu Malik Al-Harits bin ‘Ashim Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيْمَانِ، وَالحَمْدُ للهِ تَمْلأُ المِيْزَانَ، وَسُبْحَانَ اللهِ والحَمْدُ للهِ تَمْلآنِ – أَو تَمْلأُ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، وَالصَّلاةُ نُورٌ، والصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ، كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَو مُوْبِقُهَا

“Wudhu itu seperuh dari shalat, dan (ucapan) alhamdulillah memenuhi timbangan amalan kebaikan, (ucapan) subhanallah dan alhamdulillah memenuhi antara langit dan bumi. Dan shalat adalah cahaya, sedekah adalah cahaya yang jelas, sabar adalah sinar, Al-Qur’an adalah hujjah bagimu atau hujjah atas dirimu. Dan semua orang itu pergi kemudian menjual dirinya, sebagian dari mereka membebaskannya dan sebagian dari mereka justru malah membinasakannya.” (HR. Muslim)

Baca Juga:
Jerat-Jerat Setan Untuk Bermaksiat - Kitab Shaidul Khathir (Ustadz Badrusalam, Lc.)

Abu Malik Al-Harits bin ‘Ashim Al-Asy’ari

Nama beliau adalah Al-Harits bin ‘Ashim Al-Asy’ari, ini adalah nisbah kepada Bani Asy’ar atau yang dikenal dengan sebagai AlAsyairah. Mereka adalah Kabilah Bani Asy’ar, sebuah kabilah yang tinggal di kota Ibb, di Kerajaan Himyar yang saat ini berada di negeri Yaman.

Jadi dahulu di sana ada Kerajaan Himyar dan di kerajaan itu ada sebuah kota yang namanya Ibb. Kota ini sampai saat ini masih ada di negeri Yaman, salah satu kota yang cukup besar dan terkenal di Yaman, namanya Ibb. Di kota inilah tinggal Kabilah Bani Asy’ar atau dikenal sebagai Al-Asy’ariyyin atau Al-Asya’irah. Mereka menisbatkan diri ke kabilah yang tinggal di kota Ibb ini.

Al-Harits bin ‘Ashim Al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu dikenal dengan perjalanan beliau menuju Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka datang ke kota Madinah untuk berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk kemudian menyatakan keislaman mereka.

Disebutkan bahwasanya mereka melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan kapal. Maka kemudian mereka masuk Islam dan termasuk juga Abu Malik Al-Asy’ari ini, beliau menjadi sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian ikut serta dalam beberapa ghazwah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan akhirnya beliau meninggal pada masa pemerintahan ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu pada tahun 18 Hijriyah.

Baca Juga:
Kisah Terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib

Bersuci separuh Iman

Dalam hadits ini beliau mengatakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Bersuci separuh Iman” Artinya bahwa mensucikan diri dari berbagai maksiat kepada Allah, mensucikan diri dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepadaNya, ini adalah separuh iman. Sebagian ulama menafsirkannya seperti ini.

Namun penafsiran yang lebih detail dan mendekati kebenaran adalah apa yang saya sebutkan di depan, yaitu bahwasanya wudhu itu separuh dari shalat. Hal ini didukung oleh beberapa riwayat hadits yang lain. Seperti dalam riwayat At-Tirmidzi disebutkan:

الْوُضُوءِ شَطْرُ الْإِيمَانِ

“Wudhu itu adalah separuh dari iman (yakni separuh dari shalat).” (HR. At-Tirmidzi)

Sedangkan dalam riwayat Ibnu Majah, disebutkan:

إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ شَطْرُ الْإِيمَانِ

“Menyempurnakan wudhu adalah separuh dari iman (yakni dari shalat).” (HR. Ibnu Majah)

Jadi artinya wudhu adalah separuh dari shalat. Kenapa redaksi haditsnya “iman” kemudian saya menafsirkannya sebagai shalat? Karena memang kadang-kadang kata “iman” ini disebutkan dan yang dimaksud adalah shalat. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَا كَانَ اللَّـهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan iman kalian.” (QS. Al-Baqarah[2]: 143)

Redaksi ayatnya “Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kalian,” tapi maknanya adalah “Allah tidak akan menyia-nyiakan shalat kalian yang terdahulu.” Karena ayat ini membahas pertanyaan para sahabat tentang shalat mereka yang dahulu mereka lakukan dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis.

Baca Juga:
Istri-Istri Nabi - Tafsir Surat Al-Ahzab Bag 6

Sebelum kiblat dipindah menuju Ka’bah, para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di kota Madinah sempat shalat dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan. Maka ketika kemudian mereka memindahkan kiblat mereka ke arah Ka’bah (Baitul Maqdis di sebelah utara sedangkan Ka’bah di sebelah selatan kota Madinah). Mereka mengamalkan itu sebagai wujud ketaatan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tetapi mereka juga khawatir dan bertanya tentang shalat mereka dahulu, selama 16 bulan ketika mereka masih menghadap ke arah Baitul Maqdis.

Maka turunlah ayat: “Dan tidaklah Allah akan menyia-nyiakan keimanan kalian” Artinya Allah tidak akan menyia-nyiakan shalat kalian. Maka hal ini menunjukkan bahwasanya kata-kata “iman” dalam Al-Qur’an kadang-kadang dimaksudkan sebagai “shalat”. Demikian juga dengan kata “iman” dalam hadits ini.

Disebutkan wudhu seperuh dari shalat karena wudhu adalah syarat sahnya shalat. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits riwayat Muslim yang lain:

لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ

“Tidak akan diterima shalat tanpa wudhu dan juga tidak akan diterima sedekah dari harta yang dicuri oleh seorang mujahid dari harta rampasan perang sebelum ghanimah tersebut dibagikan secara resmi oleh pemimpin.” (HR. Muslim)

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini.

Baca Juga:
Zakat Bagi Orang Yang Memiliki Hutang

Download mp3 Kajian Hadits Arbain Ke 23 – Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar dan Al-Qur’an

Lihat juga: Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat

Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama “Hadits Arbain Ke 23 – Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar dan Al-Qur’an” ini ke jejaring sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter dan yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum.

Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui :

Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com

Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :

Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.