Masjid Al-Barkah

Al-Ushul Ats-Tsalatsah

Hadits yang Menjelaskan Tiga Tingkatan Islam, Iman, Ihsan – Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah (Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq Al-Badr)

By  |  pukul 11:54 am

Terakhir diperbaharui: Jumat, 22 Desember 2017 pukul 3:26 pm

Tautan: http://rodja.id/1n9

Hadits yang Menjelaskan Tiga Tingkatan Islam, Iman, Ihsan adalah Ceramah agama dan kajian Islam dari pembahasan Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah oleh: Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr
Penerjemah: Ustadz Iqbal Gunawan, M.A.

Berikut ini rekaman kajian penjelasan kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah (شرح الأصول الثلاثة) atau biasa disebut dengan 3 Landasan Utama karya Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi rahimahullah yang disampaikan oleh Syaikh ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr hafidzahumallah, pada 17 Muharram 1439 H / 08 Oktober 2017 M

(Download juga rekaman kajian sebelumnya: Penjelasan Tentang Ihsan – Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah (Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq Al-Badr)

Simak kajian penuh manfaat ini setiap:

Ahad dan Senin, Pukul: 17:00 – 18:00 WIB

Hanya di Radio Rodja dan Rodja TV.

Ringkasan Kajian Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah: Hadits yang Menjelaskan Tiga Tingkatan Islam, Iman, Ihsan

Jika pada kajian sebelumnya dijelaskan dalil-dalil dari Al-Qur’an tentang tingkatan Islam, Iman dan Ihsan. Pada kajian kali ini dibahas tentang dalil-dalil dari hadits. Salah satu hadits yang disebutkan adalah hadits Jibril yang terkenal dari sahabat Umar Radhiyallahu anhu:

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Baca Juga:
Makna Thaghut Menurut Para Ulama

Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa pada bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.

Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”

Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”

Baca Juga:
Syirik Pada Zaman Jahiliyah dan Tindakan Pencegahannya

Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”
Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”
Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” (HR Muslim, no. 8)

Hadits ini dikenal dengan hadits Jibril karena Malaikat Jibril ‘Alaihissalam adalah malaikat yang paling mulia yang turun membawa wahyu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hadits ini, terdapat faidah bahwa dalam bab bertanya. Yaitu bahwa seorang yang bertanya, bisa menjadi penanya sekaligus pengajar. Contohnya dalam sebuah majelis ada seorang ‘alim kemudian diantara hadirin merasa ada yang perlu untuk diketahui oleh semua orang yang hadir di majelis tersebut. Maka diapun mengajukan pertanyaan-pertanyaan walaupun dia sendiri sudah tahu jawabannya. Akan tetapi dia ingin agar semua yang hadir di majelis tersebut mengetahui faidah yang telah dia ketahui. Dari penjelasan di atas hendaknya menjadi perhatian bagi penuntut ilmu untuk memperbaiki niatnya ketika bertanya kepada seorang ‘alim.

Baca Juga:
Kesyirikan adalah Perkara yang Paling Allah Larang - Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah (Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq Al-Badr)

Bagaimana Penjelasan Lengkapnya? Simak dan Download MP3 Kajian Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah: Hadits yang Menjelaskan Tiga Tingkatan Islam, Iman, Ihsan


Jangan lupa untuk turut menyebarkan kebaikan dengan membagikan link download kajian ini ke Facebook, Twitter, dan Google+ kita. Jazakumullahu khairan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.