Masjid Al-Barkah

Al-Ubudiyah

Ibadah Dilandasi Dengan Rasa Cinta – Kitab Al-‘Ubudiyah (Ustadz Abdullah Taslim, M.A.)

By  |  pukul 10:19 am

Terakhir diperbaharui: Kamis, 01 Februari 2018 pukul 11:23 am

Tautan: http://rodja.id/1pw

Mewujudkan Niat Ikhlas dalam Beribadah – Kitab Al-‘Ubudiyah merupakan bagian dari kajian kitab “العبودية (Al-Ubudiyah)” karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah. Kitab ini membahas berbagai permasalahan yang berkaitan dengan ibadah dan penghambaan diri. Kajian ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim.

Untuk mendapatkan Kitab Al-‘Ubudiyah versi PDF silakan download di sini.

Daftar Isi

Ringkasan Kajian Kitab Al-Ubudiyah: Ibadah Dilandasi Dengan Rasa Cinta

Kecintaan yang disertai dengan ketundukan kepada Allah subhanahu wa ta’ala merupakan inti dari penghamban diri atau keimanan. Kecintaan kepada Allah yang dimurnikan oleh seorang hamba, dan tentu dalam masalah ini telah dilakukan dengan sempurna oleh para Nabi dan Rasul. Bahkan secara khusus dua NabiNya yang mulia yaitu Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga keduanya dijadikan  khalilullah (kekasih terdekat Allah).

Konsekuensi cinta kepada Allah adalah mencintaiNya dan mencintai segala sesuatu yang dicintaiNya. Termasuk pula dalam hal ini adalah mencintai manusia karena Allah, berusaha menjadikan cinta kita kepada siapapun karena Allah. Kemudian berusaha untuk membenci hal-hal yang menafikan, mengurangi atau merusak cinta kepada Allah. Yaitu perbuatan maksiat dalam segala bentuknya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah membantah pernyataan cinta yang diungkapkan oleh sebagian dari Ahlul Kalam. Adapun orang yang berpendapat bahwa kelezatan itu adalah bisa mencapai hal yang sesuai dengan kainginan kita. Maka ini adalah pernyataan yang sangat keliru. Memang kelezatan itu berhubungan dengan sesuatu yang kita sukai dan kita cintai. Tapi bukan sekedar mencapainya saja, akan tetapi harus ada pelaksanaan konsekuensi setelah itu. Karena yang namanya mencapai itu masih berada ditengah-tengah antara cinta dan kelezatan dan belum sampai pada kelezatan. Contoh, seorang yang menginginkan makanan tertentu yang disukainya. Kalau dia sudah memakan makanan tersebut, barulah akan muncul setelahnya kelezatan. Bukan sekedar dia inginkan atau mendapatkan, lalu dia rasakan kelezatan. Tapi setelah dia makan baru dia merasakan kelezatan.

Baca Juga:
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 109 - 110

Maka kelezatan itu mengikuti memandang kepada sesuatu. Jika seseorang sudah memandang kepada sesuatu yang dia cintai maka dia merasakan kelezatan tersebut.

Simak Penjelasan Lengkap dan Download Kajian Kitab Al-Ubudiyah: Ibadah Dilandasi Dengan Rasa Cinta


Jangan lupa untuk turut menyebarkan kebaikan dengan membagikan link ceramah agama ini ke Facebook, Twitter, dan Google+ Anda. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Anda semua.

Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui :

Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com

Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :

Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.