
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Kitab Terbaik Untuk Penuntut Ilmu Pemula
Beranda Fatwa-Fatwa Pilihan Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Kitab Terbaik Untuk Penuntut Ilmu Pemula
Terakhir diperbaharui: Minggu, 21 Oktober 2018 pukul 8:50 pm
Tautan: https://rodja.id/23f
Kitab Terbaik Untuk Penuntut Ilmu Pemula merupakan rekaman kajian Islam yang disampaikan oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidzahullahu ta’ala dan diterjemahkan oleh Ustadz Junaedi ‘Abdillah.
Daftar Isi
Kajian Tentang Kitab Terbaik Untuk Penuntut Ilmu Pemula – Fatwa-Fatwa Pilihan
Belajar agama Islam hukumnya wajib bagi setiap muslim dan muslimah. Sebagaimana dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apalagi ilmu-ilmu agama yang menjadi parameter untuk kelurusan agamanya. Yang bisa menuntun seseorang agar ibadahnya sah, muamalahnya dan semua urusan-urusannya. Ini semuanya membutuhkan ilmu. Diantaranya adalah fiqih yang harus dipelajari.
Kitab fiqih yang mudah itu banyak. Yang menjadi masalahnya adalah pengajarnya yang bisa menjelaskan fiqih kitab tersebut sesuai dengan metode dan pemahaman yang diharapkan. Guru adalah pioner dari awal sampai akhir dalam kegiatan pendidikan kitab. Dialah yang akan menyingkap kebaikan-kebaikan, petunjuk, ilmu, nasihat. Dalam sebuah ungkapan disebutkan, “Orang yang tidak memiliki sesuatu, tidak akan memberikan sesuatu itu kepada orang lain.”
Orang-orang yang sok pintar atau penuntut ilmu pemula atau orang yang jahil, tidak bisa menjadi guru. Karena dia butuh dengan orang yang mau mengajarinya. Demikian juga seseorang tidak cukup jika dia belajar dari kitab saja atau mentelaahnya atau menghafalnya saja. Ini semua adalah sarana untuk mendapatkan ilmu. Dan dia harus mengambil ilmu dari para ulama. Sebagaimana dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنَ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, ad-Darimi, Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَائِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ ﴿١٢٢﴾
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah[9]: 122)
Dalam ayat itu, Allah subhanahu wa ta’ala memberikan isyarat bahwa memberikan peringatan kepada masyarakat itu setelah faham agama.
Kitab-kitab itu bermacam-macam. Ada yang pembahasannya panjang dan luas. Ini diperuntukkan untuk para ulama yang kompeten dibidangnya, yang ilmunya sudah mapan, para penuntut ilmu yang berlevel tinggi. Demikian juga ada kitab-kitab yang sedang. Dan ini untuk para penuntut ilmu yang level pendidikan dan ilmunya sedang. Ada juga yang ringkas. Inilah yang layak dipelajari oleh penuntut ilmu pemula. Dan umumnya kitab-kitab yang ringkas adalah penghantar study untuk semua cabang ilmu. Setiap cabang ilmu, pasti memiliki penghantarnya. Baik dalam fiqih, mustalahul hadis, tafsir, faraid, inilah kunci-kunci untuk disiplin ilmu yang ada.
Orang yang belajar agama Islam pemula, jangan sampai membuka kitab-kitab yang membahas pembahasan yang panjang lebar, yang luas. Seperti kitab-kitab hadits yang tebal dan berjilid-jilid. Akan tetapi hendaknya dia memulai dari nol. Dari alif, ba, ta. Sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli pendidikan. Dan ini semua yang merupakan pintu gerbang ilmu. Sehingga akan terbuka pintu-pintu ilmu yang lainnya. Dan demikian terus berangsur-angsur, sedikit demi sedikit mengambil ilmu dari para ulama sampai dia memiliki ilmu yang baik dan cukup untuk dijadikan dasar belajar ilmu agama.
Belajar ilmu agama tidak ada henti-hentinya. Tidak ada batasnya. Tidak bisa seorang thalib mengatakan, “Saya sudah menyelesaikan cabang ilmu Fulan.” Karena pemahaman setiap orang berbeda-beda. Akan tetapi sebagaimana dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Beramalah dengan benar-benar dan bersungguh-sungguhlah.”
Bertahap dalam Belajar Agama Islam
Sehingga seorang thalib harus bertahap dalam belajar ilmu dari para ulama. Dan ilmu tidak bisa diambil dalam jumlah besar sekali. Akan tetapi harus dituntut sedikit demi sedikit sesuai dengan tempat belajarnya. Jika ia belajar di sekolah-sekolah formal, maka dia harus membaca modul-modul yang ditetapkan dan mempelajarinya melalui guru-guru disemua bidang studi ilmu tersebut. Kalau belajarnya bukan di sekolah-sekolah formal, misalnya di masjid dengan mulazamah, maka dia harus mengikuti pengarahan yang disampaikan oleh masyaikhnya.
Seorang guru, jangan memberikan ilmu kepada santrinya yang pemula dengan ilmu yang terlalu mendalam atau terlalu luas cakupannya atau memberinya masalah-masalah khilafiyyah, akan tetapi sang guru memberikan ilmu sedikit demi sedikit dari masalah-masalah yang penting, berangsur-angsur, bertahap, sampai kepada masalah-masalah yang lainnya. Sehingga dia mempunyai dasar ilmu yang cukup. Oleh karenanya Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan:
…وَلَـٰكِن كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ ﴿٧٩﴾
“…Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali-Imron[3]:79)
Para ulama mengatakan bahwa rabbaaniyyuun berasal dari kata tarbiyah yang berarti mengajarkan ilmu-ilmu agama yang kecil sebelum mengajarkan ilmu-ilmu yang besar, yang luas, yang susah. Dengan mengajarkan kepada murid-muridnya sedikit demi sedikit.
Orang-orang yang tampil dihadapan masyarakat sekarang kebanyakan mufti karbitan mendadak. Belum lama kita kenal dia sebagai orang awam, kemudian sekarang tampil di masyarakat seolah-oleh ahli hadits, ahli fiqih yang sudah mumpuni, yang tidak memiliki dasar yang cukup. Atau dia hanya membaca satu atau dua kitab saja, lalu sekarang dia berbicara tentang agama seenaknya, seolah-oleh dia adalah seorang alim. Sehingga dia hanya membahayakan diri sendiri dan membahayakan masyarakat. Hal itu disebabkan karena dia menimba ilmu dengan metode yang tidak benar.
Simak Penjelasan Lengkap dan Download mp3 Kajian Tentang Kitab Terbaik Untuk Penuntut Ilmu Pemula – Tuntunan Praktis Fiqih Wanita
Podcast: Play in new window | Download
Subscribe: RSS
Mari turut membagikan hasil rekaman ataupun link ceramah agama ini melalui jejaring sosial Facebook, Twitter, Google+ dan yang lainnya agar orang lain bisa turut mengambil manfaatnya. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala membalas kebaikan Anda.
Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui :
Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com
Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :
Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv
