
Syarh Riyaadhush Shaalihiin
Bab Haramnya Ghibah – Bagian ke-2, Bab Larangan Mendengarkan Ghibah, dan Bab Ghibah yang Diperbolehkan – Bagian ke-1 – Bab 254-256 – Kitab Riyadhush Shalihin (Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr)
Terakhir diperbaharui: Jumat, 27 Mei 2016 pukul 11:16 am
Tautan: https://www.radiorodja.com/?p=6066
Ceramah agama tentang kajian kitab Riyadhush Shalihin oleh: Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr
Penerjemah: Ustadz Firanda Andirja, M.A.
Berikut ini merupakan rekaman pengajian kitab Riyadhus Shalihin yang disampaikan oleh Syaikh ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr hafidzahullah, pada Ahad sore, 26 Jumadats Tsani 1435 / 27 April 2014 di Radio Rodja dan RodjaTV. Pada pertemuan yang lalu beliau telah menjelaskan tentang Haramnya Ghibah (Bagian ke-1), yang merupakan pembahasan dari Bab 254. Dan pada pertemuan kali ini beliau akan menjelaskan tentang “Haramnya Ghibah (Bagian ke-2), Larangan Mendengarkan Ghibah, dan Ghibah yang Diperbolehkan (Bagian ke-1)“, yang merupakan pembahasan dari Bab 254-256. Semoga bermanfaat.
NB: Mohon maaf, tidak ada sesi tanya-jawab pada saat kajian ini berlangsung.
[sc:status-riyadhush-shalihin-syaikh-abdur-razzaq-abdul-muhsin-2013]Daftar Isi
Pembahasan dalam Rekaman Kajian Kitab Riyadhush Shalihin Ini: Kitab Perkara-perkara yang Dilarang (كتَاب الأمُور المَنهي عَنْهَا)
Bab ke-254: Bab Haramnya Ghibah dan Perintah untuk Menjaga Lisan (باب تحريم الغيبة والأمر بحفظ اللسان) – Bagian ke-2
[00:01]
Di antara dalil yang berkaitan dengan bab Haramnya Ghibah adalah:
وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه: أنَّ رسُولَ الله – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: «أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟» قالوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أعْلَمُ، قَالَ: «ذِكْرُكَ أخَاكَ بِما يَكْرَهُ» قِيلَ: أفَرَأيْتَ إنْ كَانَ في أخِي مَا أقُولُ؟ قَالَ: «إنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ، فقد اغْتَبْتَهُ، وإنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ». رواه مسلم
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Tahukah kamu apa itu ghibah?” Sahabat menjawab: “Allah dan RasulNya lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “Kamu menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang dia benci.” Beliau ditanya: “Bagaimana kalau memang saudaraku melakukan apa yang kukatakan?” Beliau menjawab: “Kalau dia memang melakukan seperti apa yang kamu katakan, berarti kamu telah meng-ghibah-inya. Sebaliknya, kalau dia tidak melakukan apa yang kamu katakan, maka kamu telah memfitnahnya.” (HR Muslim)
Bab ke-255 : Bab Larangan Mendengarkan Ghibah (باب تحريم سماع الغيبة وأمر من سمع غيبةً مُحرَّمةً بِرَدِّها والإنكارِ عَلَى قائلها)
[16:09]
Di antara dalil yang berkaitan dengan bab Larangan Mendengarkan Ghibah adalah:
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلاَ تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaithan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (QS Al-An’am [6]: 68)
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling dari padanya.” (QS Al-Qashash [28]: 55)
Bab ke-256 : Bab Ghibah yang Diperbolehkan (باب مَا يباح من الغيبة) – Bagian ke-1
[29:58]
Ketika membahas bab Ghibah yang Diperbolehkan, Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:
اعْلَمْ أنَّ الغِيبَةَ تُبَاحُ لِغَرَضٍ صَحيحٍ شَرْعِيٍّ لا يُمْكِنُ الوُصُولُ إِلَيْهِ إِلاَّ بِهَا، وَهُوَ سِتَّةُ أسْبَابٍ:
الأَوَّلُ: التَّظَلُّمُ، فَيَجُوزُ لِلمَظْلُومِ أَنْ يَتَظَلَّمَ إِلَى السُّلْطَانِ والقَاضِي وغَيرِهِما مِمَّنْ لَهُ وِلاَيَةٌ، أَوْ قُدْرَةٌ عَلَى إنْصَافِهِ مِنْ ظَالِمِهِ، فيقول: ظَلَمَنِي فُلاَنٌ بكذا
Ketahuilah bahwa ghibah terkadang dibolehkan apabila mempunyai tujuan yang dibenarkan oleh syari’at, yakni sesuatu yang tidak dapat dicapai selain dengan cara ghibah tersebut. Ada 6 sebab yang membolehkan ghibah:
1. Pengaduan kedzhaliman. Seorang yang didzhalimi boleh mengadukan perkaranya kepada penguasa, hakim, atau pihak lain yang berkuasa. Dengan begitu, mungkin ia dapat menyadarkan orang yang mendzhaliminya dengan berkata: “Fulan telah mendzhalimiku karena hal ini …”
2. Meminta pertolongan untuk mengubah kemungkaran guna mengembalikan orang yang bermaksiat kepada kebenaran.
3. Meminta fatwa.
4. Mengingatkan orang-orang Islam untuk mewaspadai kejahatan dan menasihati mereka.
5. Seseorang yang melakukan kejahatan (fasik) atau bid’ah secara nyata.
6. Untuk keperluan identifikasi (pengenalan).
Download sekrang juga dan simak penjelasan selengkapnya mengenai berbagai permasalahan tentang ghibah ini, bersama Syaikh Abdurrazaq Al-Badr. Semoga bermanfaat.
Dengarkan dan Download Seri Kajian Kitab Syarah Riyadhush Shalihin – Syaikh ‘Abdur Razzaq: Bab 254-256 – Bab Haramnya Ghibah (Bagian ke-2), Bab Larangan Mendengarkan Ghibah, dan Bab Ghibah yang Diperbolehkan (Bagian ke-1)
Podcast: Play in new window | Download
Subscribe: RSS
Mari turut bagikan hasil rekaman ataupun link pengajian agama yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter, dan Google+ yang Anda miliki, agar orang lain turut mendapatkan manfaatnya. Jazakumullahu khairan

1 Comment